![]() |
Permulaan |
Entah apa yang aku
rasakan kini, aku benar-benar tak mengerti dengan apa yang terjadi dengan
diriku kini. Segala idealisme yang ku yakini dulu, kini telah berpaling dariku.
Segala kebaikan yang tersaji di depan mataku seakan menampikkan keyakinanku
bahwa aku cukup kuat menghadapi dunia ini. Tak pernah ku bayangkan betapa
beratnya untuk bangkit dari krisis karakter yang menimpaku sekarang ini
semenjak aku berada di tengah-tengah orang yang memiliki mimpi besar. Bukankah
harusnya jika kita berada di tengah keadaan seperti ini menjadi terdorong untuk
lebih berkompetisi dalam menggapai hal yang kita inginkan dalam hidup ini?
Ingin ku maki diriku
ini. Tiba-tiba ada suara dari dalam diriku yang mengaum dengan lirih, “ Mengapa
tak jua kau bangkit dan melawan dirimu sendiri seperti yang selalu kau
sampaikan terhadap orang-orang yang membutuhkan pencerahan? Mereka berhasil,
sedangkan engkau hanya bergulat dengan kemalasan dan ego kekanakan cita-citamu
yang telah termakan oleh kejamnya waktu yang bahkan tak sedikitpun melirik ke
arahmu.
Aku pun beranjak dari
kasur lepek yang tiap waktu selalu setia menemani kepayahanku. Ku pandangi tiap
jengkal dari ruangan yang telah menampungku selama beberapa bulan ini semenjak
perantauanku untuk menggapai mimpi di tanah Jawa yang katanya akan membuka
cakrawala pemikiran. Ku sadar telah
kufur nikmat terhadap segala kebaikan yang telah disajikan, aku harus sadar
diri.
Berangkat dari
kondisi keluarga yang sebenarnya kurang begitu dekat dan harmonis juga dalam
keadaan ekonomi yang kurang menguntungkan. Nekat ku ambil keputusan untuk
meninggalkan mereka demi mengejar kebebasan yang ku impikan, namun kenyataan
berkata lain. Aku masih harus berkutat dengan segala aturan yang mengikat plus
peranakan cucu norma-normanya. Yah, beginilah cara bagaimana cara Tuhan
memberikan nikmatnya dengan memberi hal yang tidak kita inginkan bahkan jauh
sekali dari harapan.
Ada beberapa hikmah
yang sempat ku ambil, mungkin ini caraNya untuk lebih mendekatkanku padaNya.
Tak pernah ku pungkiri bahwa sebenarnya kita butuh dosa untuk menikmati hidup.
Namun kenikmatan itu sangat sulit ditinggalkan ketika kini kita harus memahami
ilmuNya lebih jauh diantara para fanatikNya. Dulu ku pikir baik itu sudah cukup
tapi…. Hahaha samasekali TIDAK!! masih banyak yang perlu di kaji.
Serumah dengan 18
orang yang tak ku kenal sebelumnya, benar-benar menguji rasa kemanusiaan dan
tanggung jawabku. Karakter yang dulu ku bangun untuk membuat orang lain segan
kian memudar, segala etika dan style yang aku punyapun berkata sama.
Ingin ku sibukkan
diri dengan hal baru yang ingin ku coba namun terhalang jadwal yang
bertabrabrakan dan nominal yang kurang mendukung ketika ku buka isi dompetku
dan kartu ATMku. MIRIS nasib anak perantauan.
Ku usap layar HPku,
ku aktifkan data selularku, mulailah bermunculan pemberitahuan dari tiap media
social, ku periksa satu persatu banyak hal yang tidak begitu penting
sebenarnya. Seperti kebanyakan orang media social hanya sebagai hiburan
penyalur inspirasi yang tak terungkap begitu juga lah aku. Hari ini tak seperti
biasa, aku muak dengan semua kebuntuan yang pernah ku lakukan di dalamnya.
Ini bukan kali
pertama kurasakan hal yang sama, namun perasaan ini benar-benar beda. Segalanya
bercampur aduk tidak jelas. Tidak menemukan titik terang untuk menemukan
jawabannya selain kedataran.
Salah satu penghuni
rumah menggerutu, mungkin merasa lelah atas cobaan yang menimpanya.
Terlontarlah dari mulutku celetukan yang sama sekali tak berakal dan kali ini
benar-benar aku kalah argument. Tapi tak ku salahkan, aku merasa lapang dan
kosong. Ku biarkan dia menang.
Jika di daerah
asalku, ketika kejenuhan sudah mencapai puncaknya ku ambil kunci motor dan
pergi melaju ke tempat dimana aku biasa menyendiri untuk merenung dan
berteriak. Kini aku memiliki kebiasaan baru, berteman dengan laptop merah hati
yang tak begitu akrab dengan sentuhanku. Mulailah ku tuangkan huruf demi huruf
yang akhirnya menjadi paragraph yang tak terasa sudah memenuhi
lembaran-lembaran Microsoft word. Ingin ku bagi kisahku dengan orang-orang yang
sama sekali tak ku kenal melalui tulisanku.
Sangat ku sadari
betapa sulitnya menemukan seseorang yang dapat memahami, mendengarkan dan
menerima seluruh hal yang ada di dalam diri kita. Bahkan kentut sekalipun
(kenyataan) XD. Tapi di atas segala permasalahan itu kita masih punya Tuhan kok
meskipun kadangkala kita masih sering meragukan pengawasanNya. Tiap agama pasti
meyakinkan adanya kasih sayangNya dengan versinya masing-masing. Anda bebas
memilih tapi untuk sampai seberapa jauh saya tidak bisa meramalkannya hanya
anda sendirilah yang tau tenggatnya.
Semoga lewat tulisan
ini anda dapat lebih mengenal saya, harapan terbesar dapat menginspirasi anda.
Tapi jika dari semua jawaban adalah sama sekali tidak termasuk dalam pilihan
anda. Ya sudah terserah anda. Tapi terima kasih sudah mengunjungi Blog saya.